SIHIR DEBU (1)

Saya tidak sedang berhubungan dengan orang lain ketika saya menemukan lagu Sihir Debu. Maksud saya, dalam banyak kejadian, saya biasanya beriteraksi secara batin dengan orang atau peristiwa tertentu dalam menciptakan sebuah lagu. Saya bisa jadi berjam-jam membayangkan mereka dan terus-menerus memacu diri saya untuk terlibat lebih dalam secara emosional dengan mereka sebelum pada akhirnya saya memiliki gagasan dan suasana batin yang memadahi untuk menciptakan sebuah lagu.

Saya hanya sedang tiduran saja di kamar kos. Saya bahkan tidak memikirkan apa-apa. tetapi tiba-tiba, sesuatu seperti hadir dari udara, kemudian menyodok dalam kesadaran saya. Sesuatu yang saya sendiri tidak sempat menangkap dengan jelas kehadirannya yang teramat cepat. Yang jelas, hampir-hampir tanpa jedah, saya langsung menerima sebuah lagu yang sudah jadi lirik dan melodinya dalam waktu bersamaan. Ini semacam ilham, atau sebuah rejeki dari langit yang datang pada saya.

Saya bukan penulis lagu yang hebat. Lagu-lagu saya kebanyakan hanya saya nikmati sendiri bersama teman-teman terdekat saya saja. Dan, sebagai penulis lagu, saat itu saya bahkan tidak memiliki gitar. Saya merekam lagu-lagu yang baru saya buat dalam handphone dan melakukan perubahan-perubahan juga dengan cara yang sama, yakni merekam tanpa iringan musik apa-apa. Dan, begitulah yang terjadi dengan lagu Sihir Debu saya. Saya buru-buru merekamnya ke dalam handphone dan mendengarkannya berulang-ulang untuk mencari kemungkingan-kemungkinan lain pada model dan isi lagu tersebut. Tetapi saya gagal. Saya tidak menemukan apa-apa yang bisa saya lakukan untuk membuat lagu itu berubah.

Sihir Debu, seperti kebanyakan lagu saya yang lain, bukanlah lagu yang ramah pasar sehingga saya rasa ia tidak mempunyai masa depan komersial sama sekali. tetapi tidak apa-apa. Sebab, dalam menuliskan sebuah lagu, hal pertama yang saya pentingkan bukanlah nilai jual (walaupun saya berharap lagu-lagu saya dapat menjamah banyak kalangan dan memberikan sesuatu bagi orang yang mendengarkan). Saya merasa senang setiap kali selesai menghasilkan sebuah lagu. Bagi saya, lagu-lagu itu seperti anugrah yang teramat besar yang membuat saya mengenali sisi-sisi tertentu dalm diri saya. Adakalanya saya merasa melihat diri saya yang romantis-melankolik, dan pada penciptaan lain saya bisa melihat betapa saya adalah seseorang yang jatuh cinta pada rock n roll, pada kebebasan.

Setelah saya berhasil menguasai Sihir Debu dengan baik, saya mencoba memainkannya dengan gitar. Saya mengatur tempo, dan mulai memutuskan bagaimana sebaiknya lagu ini dipresentasikan. Saya tidak terlalu puas. Saya merasa gitar bukanlah alat yang pas dengan Sihir Debu. Tetapi, karena saya tidak menguasai piano dengan baik, alhasil saya tetap memainkan Sihir Debu dengan gitar dan terus mencoba berbagai cara agar lagu tersebut dapat berbunyi sebaik-baiknya dalam balutan gitar. Hingga pada suatu ketika tibalah waktu bagi saya untuk memperkenalkan lagu itu kepada khalayak, kepada sahabat dan teman-teman yang mungkin saja sudah bosan dengan apa yang selalu saya lakukan. (bersambung)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SIHIR DEBU (1)"

Post a Comment