MENCARI KEBAIKAN ATAS KEBURUKAN
Rina Maylina, sahabatku yang sopan perangainya.
Banyak orang, tidak terkecuali
saya tentu pernah berpikiran bahwa angin merupakan pengandaian yang tidak baik
bagi sifat seseorang. Kamu akan dicap sebagai manusia bebal tanpa pendirian dan
ketetapan hati. Angin berhembus ke sana-kesini tanpa bisa melawan dan
menentukan kehendaknya sendiri. Maka, seseorang yang diumpakan dengan angin, tak
lain adalah orang yang jauh dari keberhasilan apalagi kebahagiaan sebab
hidupnya habis untuk mengikuti arah yang berasal dari luar dirinya tanpa tahu
kapan ia bergerak ke arah atau tempat yang berbeda. Ini tentu tidak salah.
Tetapi, sekarang marilah kita
melihat angin dalam pengertian yang lebih positif dan tidak perlu merendahkan
orang lain, ya. Kalau kamu sepakat, kamu bisa melanjutkan membaca. Oke, sepakat, ya.
"Ya," kata Rina.
Rina Maylina yang santai orangnya, menurut saya angin
adalah cermin kepasrahan total seorang hamba kepada khaliknya. Bentuk
kepasrahan yang sesungguhnya telah kita alami ketika kita menjelang
dilahirkan. Pada masa itu kita bukanlah apa-apa. Kita tidak ada, dan hanya
berserah kepada takdir dan ketentuan ilahi. Akan dilahirkan dimana kita,
bagaimana wujud nyata kita, jiwa, dan pikiran kita nantinya? Kita tidak tahu,
Rina. Kita hanya berserah. Kita bahkan, belum mengerti siapakah perempuan yang akan
melahirkan kita. Kalau kamu muslim, kamu juga tidak tahu, milik siapakah suara
yang melantunkan adzan ketika kamu baru saja dilahirkan ke dunia.
Saudaraku Rina, disadari atau tidak, ini
adalah prinsip yang juga berlaku bagi kehidupan kita sekarang. Tuhan meletakkan
kita pada sebuah proses kehidupan di mana di dalamnya kita mengalami berbagai
peristiwa. Ada peristiwa yang mendebarkan dan ada juga yang biasa-biasa yang
mungkin lupa untuk kita kenang.
Kita berada di banyak tempat dan
mengambil peranan di dalamnya. Kadang kita di tempat yang dipenuhi oleh
ketegangan dan di lain kesempatan boleh jadi kita berada di tempat yang teduh
di mana ribuan bunga yang tumbuh menebarkan wangi dan kesegaran.
Tetapi, angin punya sifat yang
menyegarkan, Saudaraku. Di mana pun ia datang, ia adalah pemberi udara di mana
kita dapat menghirupnya dan menjauhkan kita dari penat akibat kegerahan.
Suasana yang segar seperti itu tentu akan mendukung perasaan kita untuk
mendapatkan semangat dalam menjalani kehidupan.
Saudaraku yang senantiasa ingin
mendekatkan diri kepada tuhan, seseorang dengan mental angin tahu bahwa di mana
pun ia ditempatkan, ia memiliki peran sebagai penyegar. Ia memberikan udara
baru bagi lingkungannya agar tetap sehat dan menciptakan harapan. Angin tidak
mengeluhkan tempat. Ia juga tidak memilih kepada siapa kesegarannya ia bagikan.
Dan, untuk semua kenikmatan itu, angin melakukannya dengan gratis. Angin hanya
mengharapkan imbalan dari tuhan.
Saudaraku, angin tidak
terpengaruh oleh tepuk tangan atau cibiran, sebab ia percaya bahwa Tuhanlah
yang telah mengirimkannya dan menjadikannya bermanfaat bagi lingkungan dan
kehidupan. Angin juga bisa menjadikan kamu rileks. Ia lembut dan membuat kita tidur,
istirah melepaskan segala kelelahan agar esok ketika terbangun, kita adalah
orang yang fresh dan siap memulai tantangan kehidupan.
Tetapi jangan lupa Saudaraku,
selain nikmat, angin juga bisa menghancurkan. Kamu tahu berapa banyak sudah
tempat-tempat di dunia ini yang hancur karena terjabgan puting beliung atau
topan. Memang terkesan sadis. Tapi kalau kamu mau melihat dalam kaca mata yang
lebih positif, kamu akan mendapatkan hikmah yang baik tentang kekuatan angin
dalam menghadapi setiap tantangan.
Seseorang bermental angin adalah
seseorang yang tangguh dan mampu merobohkan dinding-dinding penghambat bagi
kemajuan lingkungan. Ia tidak takut pada tantangan dan hambatan. Kalau perlu ia
bisa sama sekali berlainan dengan kebanyakan orang di lingkungannya. Berbeda
dalam artian prinsip hidup dan keyakinan bahwa hidup haruslah memberikan
kebaikan bagi sesama. Dan, apa pun resikonya, ini akan dia perjuangkan. Ia
percaya setiap yang ia kerjakan tidak lain adalah pekerjaan yang ia harapkan
mendapatkan ridho dari tuhan.
Maka, mulai sekarang kamu musti
berlatih cara tersenyum di hadapan orang lain. Dan bila suatu kali nanti ada
yang berkata kamu adalah angin yang tidak memiliki pendirian dan berotak bebal, kamu cukup tersenyum. Dan, pastikan itu adalah sebuah senyum yang gagah dan
menyegarkan.
Sudah, ya, Rina.
0 Response to "MENCARI KEBAIKAN ATAS KEBURUKAN "
Post a Comment