SIHIR DEBU (3)



Saya, untuk beberapa hari, harus meninggalkan Surabaya yang berarti juga meninggalkan proses latihan bersama teman-teman saya. Saya menerima undangan nara sumber dari komunitas teater fakultas hukum, Universitas Trunojoyo, Bangkalan.

Saya telah beberapakali mengunjungi kampus ini untuk banyak keperluan, yang sebagian besar adalah untuk memenuhi undangan pemateri dalam pelatihan atau seminar sastra dan penyutradaraan. Jadi, pada dasarnya kampus ini adalah salah satu tempat yang sangat penting dalam proses perkembangan kreatifitas saya. Dan, sesibuk apapun, saya akan berusaha datang setiap kali menerima undangan.

Saya tinggal selama tiga hari dua malam di sana. Dan, pada malam terakhir, dalam sebuah kesempatan saya menyanyikan lagu SIhir Debu di hadapan beberapa orang teman, termasuk Timur Budi Raja. Dia, Timur Budi Raja, seperti biasa selalu antusias menyambut hal-hal positif yang saya tawarkan kepadanya. Dan, tak lama sejak saya menyanyikannya, dia telah menguasai lagu itu dengan baik, bahkan memberikan sejumlah pandangan yang pada hemat saya sangat membantu saya untuk semakin mendalami lagu tersebut. Kami mencoba memainkan Sihir Debu bersama dan merekamnya. Dari hasil rekaman itu, terlihat sekali bahwa Timur sangat memahami bagaimana semestinya lagu ini dimainkan.

Dua atau tiga hari ketika saya telah kembali ke Surabaya, saya menerima kabar bahwa Risa terlibat dengan banyak kegiatan berkaitan dengan kuliah dan organisasi kerohanian di kampusnya. Khawatir tidak bisa mengatur waktu, dia pun meninggalkan kami. Beruntung, tak lama sesudah kepergian Risa, kami mendapatkan vokalis baru, Aristya. Maka, proses latihan pun kembali berjalan seperti biasanya. Bahkan, dalam sejumlah hal, Aristya memberikan motivasi lebih kepada saya untuk meneruskan pekerjaan ini.

Aristya membuat lagu Sihir Debu terdengar lebih mudah untuk dinyanyikan, dan efeknya, dalam beberapa hari saja sudah banyak teman yang mulai mengerti lagu tersebut, bahkan sampai menghafalnya. Sayang, pada perjalanan selanjutnya, saya memutuskan untuk menghentikan proyek pementasan tersebut karena sejumlah alasan.

Dus, saya tak pernah tahu, apakah lagu saya akan berjalan dan menemukan ruang, atau akan segera terlupakan. Ah, saya tak memikirkan yang demikian. (bersambung)





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SIHIR DEBU (3)"

Post a Comment