SIHIR DEBU (2)
Saya agak
malu ketika mulai menyanyikan lagu Sihir Debu buat pertama kalinya di hadapan
orang lain. Meskipun pada dasarnya saya menyukai lirik lagu tersebut, tetapi
secara keseluruhan saya masih merasa khawatir kalau orang lain merasa lagu
tersebut terlalu buruk dan tidak dapat dinikmati. Tetapi, saya berusaha
menguasai diri dan mencoba menyanyikan lagu itu sewajar mungkin. Saya menyanyi
tanpa memperhatikan, atau lebih tepatnya berpura-pura tidak memperhatikan,
reaksi orang-orang yang mendengarkan. Dan, di tengah-tengah waktu saya
menyanyi, mendadak di pikiran saya muncul gagasan untuk membuat sebuah
pertunjukkan musik sederhana dari lagu-lagu saya.
Daun Kering Di Antara Bunga |
Ngawur.
Tetapi, saya
tentu tersenyum dan merasa tenang. Sebab, itu adalah reaksi yang alami dan
tidak ia buat-buat untuk menyenangkan hati saya. Alhasil, saya pun malih
percaya diri kepada lagu yang lahir dari kehampaan ini. Saya terus memprovokasi
diri saya sendiri dan mengatakan bahwa sebaiknya saya melakukan hal yang lebih
serius dengan rencana pertunjukan musik yang tadi saya ceritakan. Saya
menghubungi beberapa kolega (maksud saya teman yang agak jauh) tentang rencana
ini dan mengatakan bahwa mereka siap membantu kalau saya berencana membuat
pertunjukan musik di kotanya.
Beberapa
hari kemudian, saya mendapatkan kegembiraan lain dari lagu ini. Teman saya,
teman yang Gestapu itu, bercerita bahwa teman-teman kampusnya juga menyukai
lagu Sihir Debu yang ia perdengarkan kepada mereka. Saya agak tersanjung, walau
saya kira mereka yang merasa senang itu mungkin hanya asal bicara. Pokoknya
saya selalu waspada dengan segala bentuk pujian yang diarahkan kepada lagu
saya. (bersambung)
0 Response to "SIHIR DEBU (2)"
Post a Comment