TAMU
Sahabatku,
ada tiga jenis tuan rumah menurut saya. Tuan rumah yang menyenangkan dan yang menyebalkan.
Tuan rumah yang menyenangkan dapat dilihat dari sambutan yang dia berikan
ketika kita datang. Dia menerima kita dengan gembira dan ramah. Dia juga tidak
segan-segan membuat kita merasa nyaman seolah berada di rumah sendiri saja.
Tuan
rumah yang kedua, yakni tuan rumah yang menyebalkan. Mereka adalah tuan rumah
yang anda merasa terpaksa untuk mengunjunginya. Mereka tidak menunjukkan
tanda-tanda bersahabat ketika kita datang. Seluruh waktunya habis digunakan
untuk berpikir seandainya mereka tidak pernah mengenal kita. Ini adalah tuan
rumah yang lebih suka menerima oleh-oleh dari tamunya ketimbang melayani tamu
sebagai raja.
Ada,kan?
Nah,
di antara kedua jenis tuan rumah yang sudah saya sebutkan tadi, ada juga yang di tengah-tengahnya. Ia
adalah tuan rumah yang tidak menyebalkan, tetapi tidak juga terlalu
menyenangkan. Ngambang. Ia menerima dengan baik tamu-tamunya, tetapi seringkali merasa
was-was dan merasakan adanya gangguan karena kedatangan kita, walaupun perasaan
itu dapat ia simpan baik-baik dalam hatinya. Nyamarlah.
Saya
termasuk jenis tuan rumah yang ketiga. Aha. Saya selalu berpikir yang baik-baik saja
tentang tamu saya. Sumpah. Tetapi, tidak jarang saya berjuang untuk mengusir rasa
was-was, dan datangnya perasaan tidak nyaman karena tamu-tamu saya. Diam-diam,
saya sering bershalawat saat menemani tamu-tamu saya.Harapannya, jangan sampai saya mengecewakan tamu saya dan semoga saya dikuatkan melawan perasaan tidak nyaman yang bergerilya dalam diri saya. Munafiknya saya.
Sahabatku,
tidak semua tamu sama kelakukannya. Ada tamu yang berasal dari saudara atau
kerabat kita, teman, sahabat lama, atau ada juga dari orang-orang yang belum
lama mengenal kita. Dan, setiap tuan rumah tentu mempunyai respon yang berbeda
untuk setiap jenis tamunya. Dari kualitas senyumannya, caranya mempersilahkan
duduk, sampai pada bagaimana ia memberikan suguhan kepada masing-masing
tamunya. Beda.
Tamu
yang masih bersaudara, biasanya mendapatkan perlakuan paling istemewa. Bahkan
dalam beberapa hal boleh jadi tidak ada batasan antara tamu dan tuan rumah.
Mereka bisa mengambil atau mengisi barang ke dalam lemari es kita atau
membagi-bagikan hadiah kepada anak-anak kita. Bahkan, kalau perlu mereka boleh
menggunakan dapur kita untuk mempersiapkan makan siang kita. Mencuci pakaian
mereka, mandi, bermalam di rumah kita, atau berbicara sesukanya. Sederhananya,
mereka adalah tamu yang sangat kita kenal dengan sebaik-baiknya.
Sebaliknya,
bila tamu itu adalah orang yang belum lama kita kenal, kita memberikan banyak
batasan kepada mereka. Mereka tidak bisa berbicara sesukanya dan kita juga
lebih berhati-hati dalam menjaga perasaannya. Kita tentu tidak ingin
meninggalkan kesan yang kurang baik kepada mereka. Kecuali, anda memang berharap
itu adalah kunjungan mereka yang terakhir ke rumah kalian.
Sahabatku,
sebagai tuan rumah kalian mempunyai hak untuk memilih dan membedakan perlakuan
kepada tamu-tamu kalian. Itu adalah rumah kalian dan kaliianlah yang berkuasa. Kalian boleh
menolak bertemu tamu-tamu tertentu. Kalian boleh menjamu tamu yang satu tetapi
mengabaikan yang lain kalau kalian mau. Dan berharap, tamu kalian tidak akan
melakukan hal serupa bila kalian bertamu ke kediaman mereka. Terserah. Tetapi, satu hal sahabatku. Suatu hari nanti, akan ada saat di mana terdapat sebuah kebaikan yang tidak dapat kalian
tolak dari tamu-tamu yang telah kalian aniaya. Yaitu, ketika kalian mati dan mereka mengenang
kebaikan-kebaikan kalian sambil berdoa demi keselamatan kalian.
Iya, kan?
0 Response to "TAMU"
Post a Comment